Beberapa waktu lalu, tepatnya awal syawal 1438 H, kita digegerkan dari dunia maya atas film pendek "Kau adalah Aku yang lain". Film yang disutradarai Anto Galon merupakan film untuk "Police Movie Festival". Film yang menimbulkan kericuhan ini menguak di permukaan setelah muncul di salah satu adegan.
Baiknya sebelum kita menelisik lebih dalam. Anda bisa mengecek ke youtube dengan kata Kunci "Kau adalah Aku yang lain". Atau klik 
Seorang polisi menuju puskesmas.  Dalam ketergesa-gesaannya beliau meminta pada admin puskesmas Mijen, salah satu kecamatan di Semarang, untuk didahulukan karena darurat. Khawatir sakit parah yang diderita anaknya tak tertolong.
Di sisi lain, dalam penggambaran di film, dalam kondisi darurat pula. Ambulance yang membawa pasien Nasrani. Terhalang jalannya karena berbagai hal: jembatan ambrol dan pengajian di kampung. 
Sesampai di salah satu kampung menuju ke rumah sakit terjadi dialog alot antara pihak penyelenggara dan keluarga pasien di ambulance tersebut. Pihak panitia, yang di film, seorang kakek, meminta agar memutarbalik jalan lain. Namun, sang kakek bersikukuh tak boleh melalui jalan kampung yang sedang mengadakan pengajian. Hingga pihak polisi yang ikut pun harus ikut berkomentar agar boleh melalui jalan kampung tersebut.
Sebegitu hebohnya atas film ini. Hingga sang kiai dalam film tersebut angkat bicara.
Polemik di masyarakat yang terjadi hampir sama di film tersebut. Kita ketahui, hampir setiap kegiatan di masyarakat menutup sebagian atau penuh jalan. Karena konteks yang diambil di film tersebut itu pengajian. Maka barang dagangan ini laku dan mendapat juara. Itu pun kita mau jujur.
Namun apa jadinya jika dalam adegan di film tersebut kesenian atau musik dangdut? Hebohkah? Sampai-sampai hampir semua kelompok muslim harus bicara? 
Aku rasa Anto Galon, tak salah, hanya saja dia menemukan ide cerdas yang dituangkan dalam film itu. Aku tak kenal Anto Galon secara dekat.
Ide dalam film itu mungkin muncul karena dasar banyak hal:
1. Anto Galon, yang juga anggota teater Lingkar Semarang (informasi tersebulung dari seseorang). Sebagai seniman, di bidang teater, punya jam terbang untuk menjadi sutradara. Karena setiap teaterawan, setidaknya, peka terhadap dasar kemanusiaan. 
2. Kiai Budi Hardjono, salah satu pemimpin pesantren di Semarang juga mengamati polemik ini. Banyak orang lupa akan 'Hubungan Baik dengan manusia' seperti yang dalam adegan ketika dia mengutip salah satu hadits. Kita mungkin saja tak tahu. Bahwa Kiai Budi ini juga salah satu peserta penolakan penghancuran Karst di Kendeng Rembang. Beliau pernah melakukan aksi jalan kaki bersama petani Kendeng dari Pati menuju Semarang.
3. Salah satu adegan polisi melobby panitia. Anto Galon mengambil adegan ini sebagai citra baik kepolisian.  Semboyan polisi 3Mnya di masyarakat.
https://youtu.be/rlUnsSDIQms
Sekian kiranya pengamatan saya. Kesempurnaan bukan milik saya. Karena saya yakin ini banyak kekurangan. Kesempurnaan Milik Tuhan. Regards. 
 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment